MANUSIA TAK PANTAS SOMBONG
Allah SWT berfirman, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman [31] :18)
Ya, sombong merupakan sifat iblis. Kesombongan pulalah yang menghalangi iblis untuk sujud kepada Nabi Adam AS sehingga iblis diusir dari surga. Sebagai manusia adakah sesuatu yang hal yang patut disombongkan. Apakah karena merasa mempunyai harta yang berlimpah kaya? Merasa sukses? Merasa pintar? Merasa berparas tampan/cantik? Atau mungkin merasa lebih baik dari manusia yang lain? Apapun itu tidak ada satu alasanpun yang lantas membuat manusia pantas sombong. Karena semua yang kita miliki adalah milik Allah yang akan dengan sangat mudah Allah dapat mengambilnya kembali.
Kekayaan yang dimiliki oleh manusia dimuka bumi ini hanyalah titipan Allah, yang mana diakhirat kelak akan dipertanggung jawabkan. Kapanpun Allah inginkan, Dia bisa kapan saja mencabut nikmat harta tersebut dari siapapun manusia itu. Lantas apakah pantas suatu titipan disombongkan? Tentu saja tidak. Kesuksesan yang diraih oleh seseorang dalam berkarir atau berbisnis mungkin memang atas kegigihan dan kerja keras orang tersebut, namun janganlah lupa berkat rahmat dan kebesaran Allah lah itu semua bisa terjadi, tanpa kehendak Allah SWT, mustahil itu terjadi. Namun kadar kesuksesan seorang hamba pada dasarnya bukanlah dari jumlah nominal harta kekayaan yang berhasil diraihnya, melainkan hati yang berhasil tawadhu’ dan memahami diri sebagai hamba Allah SWT yang sedang mencari bekal akhirat. Kepintaran yang dimiliki seseorang yang ia dapat karena ketekunan belajar dan dukungan IQ yang tinggi sepatutnya tidak membuat ia sombong dan lantas menganggap bodoh orang lain. Ilmu pengetahuan yang kita miliki merupakan titipan Allah SWT, tak ada yang abadi untuk semua titipan-Nya. Ilmu yang kita punya laksana hanya setitik debu dibanding semesta ilmu-Nya. Hanya Allah lah yang Maha mengetahui atas segala sesuatu. Memiliki paras yang elok pun bukan lah hal yang patut untuk disombongkan. Se elok apapun paras seseorang tentu akan memudar seiring berjalannya waktu. Bahkan setelah meninggal kelak yang tinggal hanyalah rangka/tengkorak yang tak dapat memberikan perbedaan antara si elok rupa dan si buruk rupa.
Dan apabila seorang merasa dirinya lebih baik dan lebih soleh atau lebih taat beribadah dari manusia yang lain dan membuatnya merasa bangga pada diri sendiri dan memicu kesombongan pada diri orang tersebut, sungguh itu adalah sesuatu yang keliru. Para pendahulu kita rela memiliki jam tidur yang hanya sedikit, waktu yang dimaksimalkan untuk menimba ilmu, melaksanakan ibadah wajib serta mengoptimalkan yang sunnah, namun tetap rendah hati agar terjauh dari sifat angkuh, apalagi lantas membuat mereka lebih baik dari yang lain. Saya pernah membaca cerita tentang seorang sahabat Rasul yang sangat pantas kita jadikan teladan. Beliau begitu rendah hati dan selalu berfikir positif terhadap orang lain, bila bertemu orang yang lebih muda beliau berkata, orang ini lebih baik dariku, karena ia belum bermaksiat kepada Allah sedangkan aku melakukannya. Bila bertemu dengan orang yang lebih tua beliau berkata, “orang ini telah melakukan ibadah sebelum aku, maka tidak diragukan lagi bahwa ia lebih baik dariku.”
Haritsah bin Wahb Al Khuzai’i berkata bahwa ia mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Maukah kamu aku beritahu tentang penduduk neraka? Mereka semua adalah orang-orang keras lagi kasar, tamak lagi rakus, dan takabbur (sombong).“ (HR. Bukhari No. 4918 dan Muslim No. 2853)
Mari lah kita tanamkan sifat rendah hati dan buang jauh-jauh sifat sombong yang mungkin masih ada dalam diri kita. Semoga Allah SWT menjauhkan kita dari sifat takabbur dan semoga kita senantiasa mendapatkan ridho Allah SWT, Aamiin.
Ya, sombong merupakan sifat iblis. Kesombongan pulalah yang menghalangi iblis untuk sujud kepada Nabi Adam AS sehingga iblis diusir dari surga. Sebagai manusia adakah sesuatu yang hal yang patut disombongkan. Apakah karena merasa mempunyai harta yang berlimpah kaya? Merasa sukses? Merasa pintar? Merasa berparas tampan/cantik? Atau mungkin merasa lebih baik dari manusia yang lain? Apapun itu tidak ada satu alasanpun yang lantas membuat manusia pantas sombong. Karena semua yang kita miliki adalah milik Allah yang akan dengan sangat mudah Allah dapat mengambilnya kembali.
Kekayaan yang dimiliki oleh manusia dimuka bumi ini hanyalah titipan Allah, yang mana diakhirat kelak akan dipertanggung jawabkan. Kapanpun Allah inginkan, Dia bisa kapan saja mencabut nikmat harta tersebut dari siapapun manusia itu. Lantas apakah pantas suatu titipan disombongkan? Tentu saja tidak. Kesuksesan yang diraih oleh seseorang dalam berkarir atau berbisnis mungkin memang atas kegigihan dan kerja keras orang tersebut, namun janganlah lupa berkat rahmat dan kebesaran Allah lah itu semua bisa terjadi, tanpa kehendak Allah SWT, mustahil itu terjadi. Namun kadar kesuksesan seorang hamba pada dasarnya bukanlah dari jumlah nominal harta kekayaan yang berhasil diraihnya, melainkan hati yang berhasil tawadhu’ dan memahami diri sebagai hamba Allah SWT yang sedang mencari bekal akhirat. Kepintaran yang dimiliki seseorang yang ia dapat karena ketekunan belajar dan dukungan IQ yang tinggi sepatutnya tidak membuat ia sombong dan lantas menganggap bodoh orang lain. Ilmu pengetahuan yang kita miliki merupakan titipan Allah SWT, tak ada yang abadi untuk semua titipan-Nya. Ilmu yang kita punya laksana hanya setitik debu dibanding semesta ilmu-Nya. Hanya Allah lah yang Maha mengetahui atas segala sesuatu. Memiliki paras yang elok pun bukan lah hal yang patut untuk disombongkan. Se elok apapun paras seseorang tentu akan memudar seiring berjalannya waktu. Bahkan setelah meninggal kelak yang tinggal hanyalah rangka/tengkorak yang tak dapat memberikan perbedaan antara si elok rupa dan si buruk rupa.
Dan apabila seorang merasa dirinya lebih baik dan lebih soleh atau lebih taat beribadah dari manusia yang lain dan membuatnya merasa bangga pada diri sendiri dan memicu kesombongan pada diri orang tersebut, sungguh itu adalah sesuatu yang keliru. Para pendahulu kita rela memiliki jam tidur yang hanya sedikit, waktu yang dimaksimalkan untuk menimba ilmu, melaksanakan ibadah wajib serta mengoptimalkan yang sunnah, namun tetap rendah hati agar terjauh dari sifat angkuh, apalagi lantas membuat mereka lebih baik dari yang lain. Saya pernah membaca cerita tentang seorang sahabat Rasul yang sangat pantas kita jadikan teladan. Beliau begitu rendah hati dan selalu berfikir positif terhadap orang lain, bila bertemu orang yang lebih muda beliau berkata, orang ini lebih baik dariku, karena ia belum bermaksiat kepada Allah sedangkan aku melakukannya. Bila bertemu dengan orang yang lebih tua beliau berkata, “orang ini telah melakukan ibadah sebelum aku, maka tidak diragukan lagi bahwa ia lebih baik dariku.”
Haritsah bin Wahb Al Khuzai’i berkata bahwa ia mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Maukah kamu aku beritahu tentang penduduk neraka? Mereka semua adalah orang-orang keras lagi kasar, tamak lagi rakus, dan takabbur (sombong).“ (HR. Bukhari No. 4918 dan Muslim No. 2853)
Mari lah kita tanamkan sifat rendah hati dan buang jauh-jauh sifat sombong yang mungkin masih ada dalam diri kita. Semoga Allah SWT menjauhkan kita dari sifat takabbur dan semoga kita senantiasa mendapatkan ridho Allah SWT, Aamiin.
0 komentar:
Posting Komentar